Tidak hanya enak dan segar, buah naga juga diyakini dapat menyembuhkan
berbagai penyakit seperti asma, diabetes, kencing manis dan mencegah
kanker. Enggak heran, buah yang cocok ditanam di dataran tinggi ini
diminati banyak kalangan.
Tahukah kamu, kulit buah naga juga
enggak kalah berkhasiat untuk kesehatan. Sayangnya, karena belum banyak
yang mengetahui hal ini, pemanfaatan kulit buah naga pun belum maksimal.
Nah, di tangan empat mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY), kulit buah naga pun disulap menjadi yoghurt penurun
obesitas. Empat sekawan itu adalah Meta Luwitasari (Prodi Pendidikan
IPA), Elfrida Noviana Dewi (Prodi Pendidikan Matematika), serta Ummi
Hani dan Septiyana Baroroh (Prodi Pendidikan Biologi).
Menurut Elfrida, kulit buah naga merah (
Hylocereus costaricensis) mengandung antosianin. Ia merupakan agen antioksidan yang berfungsi merendahkan kadar kolesterol.
"Antioksidan
yang diperoleh secara eksogenus banyak dijumpai dalam bahan pangan
seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid, dan polifenol. Dari sinilah
kami membuat hipotesis bahwa kulit buah naga ini juga dapat menurunkan
obesitas karena mengandung antioksidan," tutur Elfrida, seperti dikutip
dari laman UNY, Rabu (28/5/2014).
Pemanfaatan kulit buah naga
sendiri, Meta mengimbuhkan, merupakan salah satu cara mengurangi limbah
kulit dan menambah diversifikasi pangan di Indonesia.
Membuat
yoghurt dari kulit buah naga enggak sulit, kok. Inawati menjelaskan, ada
dua tahap yang harus dilakukan yakni pemasakan dan inkubasi.
Sebagai
langkah awal, kulit buah naga yang sudah terkumpul dibersihkan dan
dibuang sisiknya. Kemudian, haluskan kulit tersebut menggunakan blender.
Komposisinya, 500 gr kulit buah naga yang sudah dipotong kecil-kecil
dengan 500 ml air mineral. Lalu, saring hasilnya untuk mengambil sari
kulit buah naga.
Sari inilah yang dimasak bersama susu cair
putih menggunakan api kecil. Jangan lupa terus mengaduk campuran
tersebut agar tidak menggumpal sambil sedikit demi sedikit menambahkan
250 gram gula pasir. Jika sudah mendidih, matikan kompor.
"Proses
pendidihan dilakukan hingga mencapai suhu 90 derajat C bertujuan untuk
menghilangkan kadar air dan melakukan sterilisasi," ujar Inawati.
Setelah
itu, apa lagi? Inawati memaparkan, adonan yang sudah diangkat ini
dicampur dengan 27 gram susu bubuk dan didiamkan sampai dingin. Setelah
dingin, adonan dipindahkan ke dalam toples dan dikultur dengan satu
sendok makan yoghurt plain sebagai bibit yoghurt.
"Penggunaan
yoghurt plain bertujuan agar hasil yang didapat lebih optimal. Selain
itu harganya lebih ekonomis dibandingkan dengan bakteri asam laktat,"
imbuhnya.
Tahap berikutnya adalah inkubasi. Adonan yoghurt
diinkubasi di dalam kotak styrofoam yang ditutup rapat menggunakan
lakban selama 24 jam. Tujuannya, meminimalkan udara yang masuk dan
menjaga suhu dalam kotak inkubasi.
"Jika sudah selesai, adonan dikeluarkan dan dipindahkan ke dalam kulkas untuk mengawetkan yoghurt," ujar Inawati.
Mau mencoba?